Celana Pendek Idola – Di sebuah kota kecil yang dikelilingi oleh hutan belantara, tinggal seorang pria bernama Bambang. Bambang adalah seorang pemuda yang enerjik dan selalu penuh semangat. Dia sangat suka menjelajahi hutan-hutan di sekitar kota kecil tempat tinggalnya.
Suatu hari, Bambang memutuskan untuk pergi berkemah bersama teman-temannya. Mereka berencana untuk menghabiskan akhir pekan di dalam hutan yang indah itu. Bambang dengan antusias mempersiapkan segala sesuatunya, termasuk membawa satu-satunya celana pendek kesayangannya.
Setelah perjalanan yang melelahkan, mereka akhirnya tiba di tempat perkemahan yang terpencil di dalam hutan. Mereka segera membangun tenda dan menyalakan api unggun untuk memasak makan malam. Suasana ceria dan tawa pun mengisi malam mereka.
Namun, pada pagi hari berikutnya, ketika Bambang bangun dari tidurnya di dalam tenda, dia merasa ada yang aneh. Dia mencoba berdiri, tapi merasa sesuatu yang tidak biasa terjadi. Ternyata, celana pendeknya telah robek di bagian belakang, meninggalkan lubang yang cukup besar! Bambang pun heran, apa yang menyebabkan celananya jebol besar tepat di pantat. Apakah aku semalam kentut besar? pikir Bambang.
Bambang panik. Celana pendek itu bukan hanya sekadar pakaian biasa baginya, tetapi juga merupakan simbol percaya diri, keberanian dan petualangannya. Tanpa celana pendek idola itu, dia merasa tidak lengkap. Dia tidak bisa membiarkan teman-temannya melihatnya dalam keadaan seperti itu.
Dengan panik, Bambang berlari ke teman-temannya yang sedang memasak sarapan. “Guys, guys, kalian harus bantu aku!” serunya dengan wajah cemas.
“Tentang apa, Bang?” tanya salah seorang temannya.
“Celana pendekku rusak parah! Aku butuh bantuan untuk menemukan celana pengganti,” jawab Bambang sambil menunjukkan lubang besar di celananya.
Teman-temannya tertawa melihat keadaan Bambang. Namun, mereka segera menyadari bahwa situasinya cukup serius. Mereka lalu bergegas memberikan saran kepada Bambang.
“Kenapa kamu tidak mencoba memperbaikinya dengan kain atau plester?” tawar salah satu temannya.
Bambang menggelengkan kepala. “Tidak, tidak mungkin. Lubangnya terlalu besar, dan itu akan terlihat konyol.”
“Mungkin kita bisa meminjamkan celana dari teman-teman lain di kamp ini,” usul yang lain.
Namun, sayangnya tidak ada yang ukurannya pas untuk Bambang. Celana yang ada terlalu kecil atau terlalu besar baginya.
Sementara itu, Bambang semakin gelisah. Dia tidak bisa berpikir jernih karena stres akibat kehilangan celana pendeknya. Dia merasa seperti kehilangan bagian dari dirinya sendiri.
Tiba-tiba, salah seorang teman Bambang mendapatkan ide brilian. “Kenapa kita tidak mencoba mencari bantuan di desa terdekat? Mungkin ada toko atau penginapan di sana yang menjual pakaian,” ujarnya.
Bambang menyadari bahwa itu adalah satu-satunya pilihan yang mereka miliki. Mereka segera meninggalkan perkemahan dan berjalan menuju desa terdekat. Setelah perjalanan yang cukup lama, Bambang tidak kunjung menemukan solusi atas celana pendeknya. Bahkan hingga cerita ini ditulis, si Bambang masih mengenakan celana rusak tersebut.